Rabu, 21 Oktober 2015

Keindahan Sang Bidadari Tanpa Sayap

Bagaimana mungkin aku tidak membenarkan ciptaan Allah SWT yang jauh melewati kata sempurna, menurut saya, seperti beliau.
Bagaimana mungkin aku tidak membenarkan nikmat Sang pemilik hidup dan mati ini.
I called her, mom.
Yup! Ini klasik terdengarnya but not with me.
Aku dilahirkan dengan 3 saudara mendahuluiku, seorang ayah yang selalu kulihat gagah perkasa karena hobby beliau ngegym dan selalu menunjukan otot baja tulang besinya, seolah menunjukan, siapapun yang berani meyakiti anak perempuannya akan merasakan perdana pukulan ototnya dsn seorang ibu yang paling pandai membuat seisi rumah betah dirumah karena selalu saja ada bau sedap masakan dirumah seolah telah menjadi aroma terapi khas di keluarga kami.
Semuanya begitu indah, i'm still be my dad's little princess. Begitu maha dahsyatnya sang waktu, yang melenakan kami para penikmat waktu.
Untuk pertama kalinya aku ngerasain waktu itu berhenti setengah menit, mencoba membuatku menelaah keadaan yang nyatanya memang terjadi.
"Papa sudah meninggal". Kalimat itu yang paling aku ingat di tanggal 18 februari 2011. Papaku meninggal karena serangan jantung dadakan.
Ya benar saja, papa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar